DAMPAK PERPECAHAN DI ANTARA DUA PERANG DUNIA
Dampak Perpecahan Di antara Dua Perang Dunia
Dalam
20 tahun jeda antara dua perang dunia kaum Muslim memperoleh pendidikan yang
lebih tinggi, perwakilan-perwakilan lebih dalam pelayanan,
kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik baik dalam industri dan perdagangan,
dan latihan yang sangat berguna dalam prosedur parlementer. Liaqat Ali Khan,
sekretaris jendral Liga Muslimin, dan Quaid, berkumpul di sekeliling mereka
kaum Muslim Uttar Pradesh dan propinsi-propinsi lain yang kenamaan, seperti
Maharaja Mahmudabad, Nawab Muhammad Ismail, Nawab Mamdot, Bahadur Yar Yung,
Kwaja Nazimuddin, Sir Aziz-ul-Haque dan yang lain-lainnya. Di Punjab dan
Benggala, koalisi menteri-menteri yang dipimpin oleh kaum Muslim terwujud
setelah the Government of India Act of
1935 dan pemilu tahun 1937. Liga Muslimin menjadi organisasi yang populer
dan para mahasiswa membantu untuk mempopulerkan ide sebuah negara Islam
terpisah. Tetapi di perbatasan Kongres memenangkan dua pengikut yang sangat
kuat dalam diri Khan bersaudara. Abdul Gaffar Khan dan Dr. Khan Sahib. Setelah
tahun 1937, ketika kementerian Kongres berkuasa di tujuh propinsi dari sebelas
propinsi, kaum Muslim mulai merasa ditekan. Ada protes dan permohonan kepada
para pemimpin Muslim, demikian sehingga para menteri utama dari Punjab dan
Benggala – Sikander Hyat Khan dan Mr. H. S. Suhrawardy – menerima kepemimpinan
Quaid-i-Azam dan setuju untuk berjuang buat sebuah negeri Muslim (Wolpert,
1989)
Proposal Misi
Kabinet (1946)
Liga Muslimin kemudian
menekankan tuntutan mereka untuk Pakistan. Sejak usaha-usaha Pemerintah India untuk
sampai pada suatu rencana yang dapat diterima tidak berhasil, Misi Kabinet yang
sampai ke India pada 1946 mengusulkan rencananya sendiri, yaitu anjuran untuk
membagi anak benua menjadi tiga zona, dua dari yang mana kaum Muslim akan
berada pada mayoritas (Mahmud, 1988, 271) . Sejak ini adalah sebuah langkah ke
arah Pakistan, Liga Muslimin memberi kuasa kepada Quaid untuk menerimanya,
tetapi Kongres mulai memberikan tiap penafsiran yang asing dari tiga hal itu
yang disediakan untuk pemerintah pusat – masalah luar negeri, pertahanan, dan
komunikasi. Perbedaan-perbedaan muncul dan Quaid dipaksa untuk menarik
penerimaannya akan rencana itu.
Pemisahan (Bulan Agustus 1947)
Bulan-bulan perundingan dan pertikaian yang
sengit yang mendahului pemisahan anak benua pada tanggal 14 Agustus 1947
(Burki, 1986, p. 9; cf. Bolitho, 1954, p. 177-190) lebih lanjut menyakiti
hubungan antara kedua pihak yang bertikai. Selain desakan para pemimpin mereka
untuk mempertahankan tata tertib, mengatur pembunuhan masa, perampokan dan
pembakaran rumah terjadi di utara India.
Bertentangan dengan latar belakang dari keadaan kekacauan pemindahan rakyat
dengan damai dan aset menjadi tidak mungkin. Sebuah perang saudara yang tidak
diduga menghancukan seluruh administrasi dan mempesulit tugas-tugas yang
dihadapi kedua negara, terutama Pakistan, yang mana memiliki sumber-sumber yang
lebih miskin baik orang maupun material.